Ada cerita yang sangat inspiratif
sekaligus mengena pada kita. Cerita ini bisa Anda baca di buku The Cashflow
Quadrant atau buku The Parable of Pipeline yang ditulis Burke Hedges. Atau baca
disini saja.
Begini ceritanya
:
Zaman dahulu kala, ada sebuah desa kecil yang indah. Tempat itu sangat menyenangkan,
sayangnya disana ada masalah. Desa itu tidak punya air jika hujan tidak turun. Untuk
mengatasi itu, kepala desa membuat tandon air, kemudian menyerahkan kepada
2 orang untuk mengisinya dengan air dari mata air di gunung. Uang yang mereka
terima sesuai dengan jumlah air yang mereka bawa.
terima sesuai dengan jumlah air yang mereka bawa.
Embro yangkuat langsung mengambil ember yang besar dan berangkat mengambil air. Sepanjang hari dia mengangkut air sehingga
memperoleh uang banyak. Pipo yang orang biasa, lama-lama tidak tahan
dengan kondisi itu. Kemudian dia mendapat inspirasi, dia mengajak
memperoleh uang banyak. Pipo yang orang biasa, lama-lama tidak tahan
dengan kondisi itu. Kemudian dia mendapat inspirasi, dia mengajak
Embro untuk membangun pipa dari bambu. “Apaaa ? membangun pipa ?
Dengan begini saja kita sudah bisa kaya. Saya bisa mengangkat 100 ember dalam sehari Jawab Embro. Pipo terpaksa mengerjakan sendiri idenya.
Dia tetap mengangkat air, diwaktu luang dia bekerja membangun pipa.
Dicarinya bambu, dibuatnya landasan untuk bambu. Hari minggu pun dia
sibuk memotong bambu.
Dengan begini saja kita sudah bisa kaya. Saya bisa mengangkat 100 ember dalam sehari Jawab Embro. Pipo terpaksa mengerjakan sendiri idenya.
Dia tetap mengangkat air, diwaktu luang dia bekerja membangun pipa.
Dicarinya bambu, dibuatnya landasan untuk bambu. Hari minggu pun dia
sibuk memotong bambu.
Kehidupan Embro meningkat dari hasil mengangkut air, bisa
membangun rumah lebih baik dan membeli delman untuk jalan-jalan.
Setiap minggu dia makan-makan bersama keluarganya di warung desa.
membangun rumah lebih baik dan membeli delman untuk jalan-jalan.
Setiap minggu dia makan-makan bersama keluarganya di warung desa.
Karena kebutuhannya meningkat, Embro memperbear embernya dan
berusaha lebih banyak mengangkut air. Sedangkan Pipo tetap hidup
berusaha lebih banyak mengangkut air. Sedangkan Pipo tetap hidup
Sederhana sebagian uangnya dibelikan alat alat untuk proyeknya.
Orang-orang desa mulai mentertawakan dia yang telah membuang
Orang-orang desa mulai mentertawakan dia yang telah membuang
waktu menyambung-nyambung bambu. “Kok tidak mengangkat air lebih
sering seperti Embro, kan bisa kaya ?” Begitu mereka menasihati Pipo.
sering seperti Embro, kan bisa kaya ?” Begitu mereka menasihati Pipo.
Setelah beberapa tahun, proyek Pipo selesai. Air mengalir dari
mata air ke tandon. Pipo mulai menikmati pembayaran dari air yang
mengalir tadi.
Semakin tua, Embro semakin lemah, tetapi dia tidak bisa berhenti
mengangkut air karena kebutuhannya semakin meningkat. Akhirnya kelelahan.
Keluarganya kehilangan nafkah dan kembali miskin.
Pipo semakin makmur dan kaya
Pipo semakin makmur dan kaya
tanpa harus bekerja lagi. Air di pipanya terus mengalir saat dia tidur,
rekreasi, mengunjungi keluarga atau memancing. Orang-orang desa
memanggil Pipo si manusia ajaib. Setelah meninggal, anaknya bisa
mewarisi hasil kerja bapaknya.